Skip to main content
Persembahan yang Hidup
Namanya Intan.
Dia gadis ceria yang punya banyak mimpi dan bermimpi banyak .
Dia akan suka mengikuti hal-hal baru yang ia sukai.
Namun terkadang ia terlalu bersemangat dan tidak sabar.
Terkadang ia lupa sedang mengejar apa dan sedang memutar mimpi yang mana.
Ia tersesat dalam labirin yang ia buat sendiri.
Ia menyumpahi dirinya yang tolol dan konyol.
Ia sedang berbicara totalitas juga ketika itu.
Totalitas yang ia sadari sangat tidak ada dalam dirinya.
Bahkan ia pun memimpikan totalitas itu sendiri. 


Sampai ia akhirnya jatuh karena kenyataan yang indah yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Sesuatu yang lebih indah dari mimpi manapun yang pernah ia ciptakan.
***
Jumat, 29 Agustus 2013

Hari ini aku berencana menukar poin telkomsel sebagai pengganti tiket nonton bioskop.
Dengan hanya perjuangan standby di depan hp di menit-menit sebelum penukaran,  akhirnya aku dan teman memperolehnya.
Kami pergi ke PVJ dan memilih menonton tengah malam.
Untuk menghabiskan waktu, kami memilih nongkrong di JCO sambil menikmati eksternalitas positif dari band indie yang manggung di kafe sebelah.

Hp ku berdering--nomor baru menelpon.


  • hallo..?
  • ya, dengan Intan Pertiwi Sianipar
  • Iya, ini siapa ya?
  • ini %#^#..(tidak jelas krn sangat berisik)
  • ya mas, ada apa ya?
  • kamu masih butuh beasiswa gema ga?
  • ha? beasiswa apa? (sambil berjalan jauh dan menyumpahi band berisik yang tadinya menyenangkan itu)
  • BEASISWA GEMA, GEREJA MAHASISWA!!
  • (whaaaatttttsssss???????!!!!)
  • ..halloo mbak Intan gimana, masih butuh tidak? 
  • ohh.. ii.. iya mas.. butuh.. maaf sedang berisik disini.. beasiswa yang saya lamar semester dua lalu mas? (masih tidak percaya) .. engg lalu gimana mas?
  • kok mas? saya ibu. ibu LINA
  • -_____________________________- ooh maaf buu, iya ibu Lina bagaimana tadi bu?
  • iya, jadi kamu masih butuh ga beasiswanya, kalo butuh datang ke Gema hari minggu setelah misa bahasa Indonesia ya
  • oh baik bu, terimakasih banyak bu
  • ya sama-sama

Aku kembali menemui temanku dan memastikan padanya bahwa yang kami jalani saat itu bukan mimpi. Membiarkan dia bingung dan mengabaikan pertanyaan konyol itu.



Minggu, 1 September 2013

Aku pergi ke gema dan tidak lama kemudian bertemu dengan ibu Lina.
kami masuk ke sebuah ruangan disitu dan ternyata disana sudah duduk seorang bapak yang sibuk dengan ipad nya dan tersenyum menyapa kami berdua.
Beliau mempersilahkan aku duduk di depannya di kursi di depan meja yang memisahkan kami. Aku sedang wawancara.

Seketika aku takut!
Aku yang terlihat mapan, lengkap dengan behel di jajaran gigi putih yang mau tidak mau harus dipamerkan di depan mereka.
layakkah aku dihadapan mereka?
"Tuhan aku takut, tetapi terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.."
 Hatiku sangat tenang setelah mengucapkannya.

 Beliau bertanya banyak tentang tulisan mengenai diriku yang aku bahkan hampir lupa pernah menulisnya dulu.
Tidak banyak, beliau hanya memastikan cerita itu masih sama dengan saat ini. Kurang lebih memang masih sama.
Lalu beliau bertanya tentang kebutuhan hidupku yang dulu juga dilampirkan, kemudian mengkalkulasikannya. Beliau selalu memastikan apakah tidak kurang? yakin cukup? BBM kan naik, dll..
Aku hanya bisa mengangguk. Sebenarnya daritadi aku ingin menangis ketika disela-sela pembicaraan tadi beliau mengatakan
"Intan, jika kita belum siap membiayai seseorang sampai ia lulus, kita tidak akan pernah memanggilnya. Tapi kita telah memanggil Intan."
Setelah selesai, aku pulang dengan ucapan banyak terimakasih pada mereka. Hanya itu--yang bisa.
aku turun di FO Blossom dan hampir tidak bisa berjalan.
BENGONG.
Aku kehilangan arah.
Akhirnya aku berjalan menuju kapel dan duduk di depan Gua Maria.
HENING lalu menangis
"siapakah aku ini Bunda? Siapakah aku dimata Putramu, Yesus. Siapakah aku sehingga aku menerima ini?"
Aku menangis  semakin menjadi-jadi
Ya, aku seperti diputarkan film-film menyebalkan yang menceritakan hidupkan sendiri.
Mulai dari aku yang minggu lalu marah pada Tuhan karena aku tidak melihat namaku di pengumuman seleksi tahap pertama beasiswa pertamina--sekali lagi setelah beasiswa Djarum. Beasiswa keren yang sangat kunanti-nantikan ketika menginjak semester lima.
Aku yang sedang pusing memikirkan bagaimana cara kakak membayarkan pinjaman ke tetangga karena saat itu pembayaran uang kosan dan uang kuliah menumpuk.
Aku yang baru saja merasa dilemparkan dari langit ketika aku mengira akan menang lomba esai dan terlanjur mengundang si sombong dalam hati. Seketika dicampakkan ke lubang penuh malu dan tawa ketika namaku sama sekali tidak ada.
Aku yang akhirnya melupakan totalitas dalam pelayanan di Gereja dan organisasinya.

Sungguh, aku tidak pantas Tuhan..

Tuhan melakukan cara yang tidak pernah terpikirkan olehku.
Benar, Tuhan melakukan keajaiban itu.
Dimana beasiswa Gema itu adalah untuk mahasiswa yang aktif berkegiatan di Gema, berprestasi dan dikenal disana. Lalu aku, yang hanya pernah misa di Gema kurang lebih satu kali ketika maba. Yang ketika melamar beasiswa itu belum mengetahui apa-apa. Sehingga setelah mengetahuinya, pasrah dan melupakan harapan-harapan yang seharusnya tidak pernah mati.


 Speechless dengan-Mu Tuhan..
Kau menegurku dengan cara yang luarbiasa.
Mungkin kau sudah kesal denganku, si Aku yang selalu tidak sabar. Sehingga Kau seperti berkata "Mengapa kau begitu khawatir nak? bukankah sudah pernah kujanjikan bunga yang indah? bukankah kau sudah menyadarinya dulu, lalu mengapa kau lupa lagi? bukankah Kukatakan semua indah pada waktunya? kau hanya perlu meminta dalam nama-Ku. Mengapa kau ragu dan tidak menunggu nak? pernahkan Aku mengecewakanmu? mengapa kau menyalahkanKu atas kegagalanmu di dunia? tidakkah kau percaya Aku sudah mengaturnya untukmu? maukah kau percaya saja? Aku sangat mencintaimu, nak"

***

Aku berefleksi di depan Gua Maria, aku menyesali ketamakanku akan keindahan dunia dan melupakan pelayanan. Aku yang tidak bisa memberikan waktu sedikit untuk Tuhan. Aku yang bagaimana bisa merasa bangga dengan memiliki sedikit 'sisa' waktu untuk-Nya. Betapa tidak layaknya.

Aku tidak datang sebagai balasan atas apa yang kuterima. Karena akupun tidak memiliih untuk aktif di Gema, aku tahu yang Kau inginkan tidak sekedar itu.
Tetapi aku datang sebagai jiwa baru yang ingin Kau bentuk,
persembahan yang hidup..



 















Comments

Popular posts from this blog

Jangan Pernah Berhenti Belajar

(Tulisan ini untuk diikutsertakan dalam seleksi www.beasiswadataprint.com dengan tema "Sikap untuk Meningkatkan SDM Indoneisa agar sejajar dengan negara maju" ) Mencetak generasi cerdas! Satu yang menurut saya membedakan masyarakat Indonesia dengan masyarakat negara maju adalah pola pikir tentang belajar dan haus akan pengetahuan.   Dukungan pemerintah terhadap pendidikan atau insentif pendidikan tentu sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan Bangsa ini.  Kesempatan belajar di negara maju membuat anak-anak mengecap pendidikan yang layak sehingga dapat belajar dengan fokus tanpa memikirkan biaya pendidikan yang ditanggung. Namun tulisan ini bukan untuk (sekedar) mengkritik pemerintah namun untuk menitikberatkan perbedaan yang ada. Masalah insentif pendidikan ini lalu merambah ke tenaga pendidik dan minat belajar anak. Jika insentif yang diberikan pemerintah sangat tidak memadai, maka sekolah yang terfasilitasi dan pendidik yang kompeten pun sulit dijump

Headline Kompasiana.com

tampilan headline kompasiana dari facebook Subuh hari ini seperti biasa belum tidur, dan akhirnya memilih untuk menulis. Aku memilih untuk menulis apa yang sedang kupikirkan saja. Kebetulan aku memang sedang kesal karena surfing internet malam ini kurang begitu lancar karena beberapa kendala. Jadilah aku menulisnya dengan judul "kekesalan saat menjelajah internet" Entah kenapa tadi malam itu niat banget untuk menulis di kompasiana. Hitung-hitung juga karna udah lama bikin akunnya tapi belum pernah nge post sesuatu. Pas siang buka internet lagi, what a surprise nya itu ternyata tulisanku  masuk headline kompasiana.com dan udah dibaca sebanyak 842 kali dengan 13 komentar dan 4 bintang (sekitar pukul 14.30), Diluar share di twitter dan facebook. Puji Tuhan banget, senangnya itu bikin senyum-senyum sendiri. Ga nyangka aja langsung segitunya, padahal tulisan di blogspot ini aja dibaca belum nyampe sebanyak itu dalam hitungan waktu sesingkat itu pula hehe.