Pernahkah kamu berjalan tanpa tau kemana dan kapan akan berhenti berjalan?
Kira-kira seperti itulah yang ku rasakan saat ini.
Aku tidak tahu kemana dan kapan harus berhenti. Bahkan aku juga bingung apakah aku sedang berjalan atau tidak.
Ketika aku memikirkan arah, yang kudapati banyak ruas jalan dengan pintu gerbang yang sama.
Aku tidak dapat melihat ujung jalan itu.
Aku buta dan kalap.
Seperti dikelilingi gapura jalan yang tak berujung.
Jika aku mundur pun aku bahkan tidak tau darimana arah ku berasal tadi.
Aku berputar-putar seperti dipermainkan oleh permainan cermin yang memantulkan semua bayanganku.
Satu yang kutau, aku harus segera memilih satu dari gapura itu.
Karena semakin lama satu persatu gapura itu menghilang dan digantikan pemandangan gurun yang tandus.
Aku semakin takut.
Tak jarang ketika aku diam, angin berhembus dari arah gurun.
Kadang aku terkejut dan ingin segera memasuki salah satu gapura.
Tapi itu sangat cepat hilang, aku lebih sering menampis dengan menutupi wajahku dan kembali terdiam.
I do nothing.
Sampai satu cahaya datang padaku dan tanpa ada suara, cahaya itu membuat pipiku basah.
Tanpa ada yang bersuara, ada yang meminta aku memilih saja salah satu gapura itu.
Cahaya itu seperti menjanjikan bahwa apapun yang akan kupilih, cahaya itu akan selalu ada.
Ya, Dia tidak memilihkan gapura untukku.
Dia hanya memintaku menjalani saja, sebelum aku akhirnya tinggal tersesat di gurun itu.
Awalnya aku ragu cahaya itu hanya menyemangati agar aku segera melangkah saja.
Karena bagaimana mungkin cahaya yang hanya ada satu itu ada di setiap gapura yang begitu banyak.
Kini aku menyadari bahwa Cahaya itu tidak berada di setiap gapura, kecuali aku membawanya bersamaku.
Maka Dia akan selalu ada..
Aku akan membawamu Cahaya, tolong terangi jalan ini agar aku dapat melihat dan tidak buta lagi..
Kira-kira seperti itulah yang ku rasakan saat ini.
Aku tidak tahu kemana dan kapan harus berhenti. Bahkan aku juga bingung apakah aku sedang berjalan atau tidak.
Ketika aku memikirkan arah, yang kudapati banyak ruas jalan dengan pintu gerbang yang sama.
Aku tidak dapat melihat ujung jalan itu.
Aku buta dan kalap.
Seperti dikelilingi gapura jalan yang tak berujung.
Jika aku mundur pun aku bahkan tidak tau darimana arah ku berasal tadi.
Aku berputar-putar seperti dipermainkan oleh permainan cermin yang memantulkan semua bayanganku.
Satu yang kutau, aku harus segera memilih satu dari gapura itu.
Karena semakin lama satu persatu gapura itu menghilang dan digantikan pemandangan gurun yang tandus.
Aku semakin takut.
Tak jarang ketika aku diam, angin berhembus dari arah gurun.
Kadang aku terkejut dan ingin segera memasuki salah satu gapura.
Tapi itu sangat cepat hilang, aku lebih sering menampis dengan menutupi wajahku dan kembali terdiam.
I do nothing.
Sampai satu cahaya datang padaku dan tanpa ada suara, cahaya itu membuat pipiku basah.
Tanpa ada yang bersuara, ada yang meminta aku memilih saja salah satu gapura itu.
Cahaya itu seperti menjanjikan bahwa apapun yang akan kupilih, cahaya itu akan selalu ada.
Ya, Dia tidak memilihkan gapura untukku.
Dia hanya memintaku menjalani saja, sebelum aku akhirnya tinggal tersesat di gurun itu.
Awalnya aku ragu cahaya itu hanya menyemangati agar aku segera melangkah saja.
Karena bagaimana mungkin cahaya yang hanya ada satu itu ada di setiap gapura yang begitu banyak.
Kini aku menyadari bahwa Cahaya itu tidak berada di setiap gapura, kecuali aku membawanya bersamaku.
Maka Dia akan selalu ada..
Aku akan membawamu Cahaya, tolong terangi jalan ini agar aku dapat melihat dan tidak buta lagi..
Comments
Post a Comment