Skip to main content

Berjalan Tanpa Arah

Pernahkah kamu berjalan tanpa tau kemana dan kapan akan berhenti berjalan?
Kira-kira seperti itulah yang ku rasakan saat ini.
Aku tidak tahu kemana dan kapan harus berhenti. Bahkan aku juga bingung apakah aku sedang berjalan atau tidak.
Ketika aku memikirkan arah, yang kudapati banyak ruas jalan dengan pintu gerbang yang sama.
Aku tidak dapat melihat ujung jalan itu.
 Aku buta dan kalap.
Seperti dikelilingi gapura jalan yang tak berujung.
Jika aku mundur pun aku bahkan tidak tau darimana arah ku berasal tadi.
Aku berputar-putar seperti dipermainkan oleh permainan cermin yang memantulkan semua bayanganku.
Satu yang kutau, aku harus segera memilih satu dari gapura itu.
Karena semakin lama satu persatu gapura itu menghilang dan digantikan pemandangan gurun yang tandus.
Aku semakin takut.
Tak jarang ketika aku diam, angin berhembus dari arah gurun.
Kadang aku terkejut dan ingin segera memasuki salah satu gapura.
Tapi itu sangat cepat hilang, aku lebih sering menampis dengan menutupi wajahku dan kembali terdiam.
I do nothing.

Sampai satu cahaya datang padaku dan tanpa ada suara, cahaya itu membuat pipiku basah.
Tanpa ada yang bersuara, ada yang meminta aku memilih saja salah satu gapura itu.
Cahaya itu seperti menjanjikan bahwa apapun yang akan kupilih, cahaya itu akan selalu ada.
Ya, Dia tidak memilihkan gapura untukku.
Dia hanya memintaku menjalani saja, sebelum aku akhirnya tinggal tersesat di gurun itu.
Awalnya aku ragu cahaya itu hanya menyemangati agar aku segera melangkah saja.
Karena bagaimana mungkin cahaya yang hanya ada satu itu ada di setiap gapura yang begitu banyak.
Kini aku menyadari bahwa Cahaya itu tidak berada di setiap gapura, kecuali aku membawanya bersamaku.
Maka Dia akan selalu ada..
Aku akan membawamu Cahaya, tolong terangi jalan ini agar aku dapat melihat dan tidak buta lagi..

Comments

Popular posts from this blog

Jangan Pernah Berhenti Belajar

(Tulisan ini untuk diikutsertakan dalam seleksi www.beasiswadataprint.com dengan tema "Sikap untuk Meningkatkan SDM Indoneisa agar sejajar dengan negara maju" ) Mencetak generasi cerdas! Satu yang menurut saya membedakan masyarakat Indonesia dengan masyarakat negara maju adalah pola pikir tentang belajar dan haus akan pengetahuan.   Dukungan pemerintah terhadap pendidikan atau insentif pendidikan tentu sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan Bangsa ini.  Kesempatan belajar di negara maju membuat anak-anak mengecap pendidikan yang layak sehingga dapat belajar dengan fokus tanpa memikirkan biaya pendidikan yang ditanggung. Namun tulisan ini bukan untuk (sekedar) mengkritik pemerintah namun untuk menitikberatkan perbedaan yang ada. Masalah insentif pendidikan ini lalu merambah ke tenaga pendidik dan minat belajar anak. Jika insentif yang diberikan pemerintah sangat tidak memadai, maka sekolah yang terfasilitasi dan pendidik yang kompeten pun sulit dijump

Headline Kompasiana.com

tampilan headline kompasiana dari facebook Subuh hari ini seperti biasa belum tidur, dan akhirnya memilih untuk menulis. Aku memilih untuk menulis apa yang sedang kupikirkan saja. Kebetulan aku memang sedang kesal karena surfing internet malam ini kurang begitu lancar karena beberapa kendala. Jadilah aku menulisnya dengan judul "kekesalan saat menjelajah internet" Entah kenapa tadi malam itu niat banget untuk menulis di kompasiana. Hitung-hitung juga karna udah lama bikin akunnya tapi belum pernah nge post sesuatu. Pas siang buka internet lagi, what a surprise nya itu ternyata tulisanku  masuk headline kompasiana.com dan udah dibaca sebanyak 842 kali dengan 13 komentar dan 4 bintang (sekitar pukul 14.30), Diluar share di twitter dan facebook. Puji Tuhan banget, senangnya itu bikin senyum-senyum sendiri. Ga nyangka aja langsung segitunya, padahal tulisan di blogspot ini aja dibaca belum nyampe sebanyak itu dalam hitungan waktu sesingkat itu pula hehe.