Skip to main content

Hidup dilihat dari apa yang kita beri

Baru saja menonton Net TV tentang anak pelosok Bali oleh komunitas Anak Alam.

Namanya Kliwon. 
Dia bercerita menjawab pertanyaan wartawan dengan menahan tangisnya.
Ketika dia bercerita bahwa harus menjual ayam untuk membeli seragam smp nya, mata ini tak kuat menahan tangis, tak sekuat dia.

Tak seorangpun yang terbayangkan bahwa anak pelosok itu justru memiliki bakat dalam photography. 
Sesuatu yang bahkan belum pernah disentuh olehnya sebelumnya, sampai akhirnya karya2 fotonya dipamerkan di Australia.
Saat ini dia bisa melanjutkan sekolah SMK dengan beasiswa Anak Alam.
Tak hentinya dia mengucapkan terimakasih komunitas Anak Alam yang memberinya kesempatan untuk menikmati hidupnya saat ini.

Saya menyukai pula narator net TV dalam setiap quotes yang dibacakan:
“Setiap individu bisa membuat perubahan pada masyarakat”
“Karena hidup bukan dilihat dari apa yang kita dapat, melainkan apa yang kita beri”
Ini tentu mengarah pada kehadiran komunitas Anak Alam yang dengan sukarela berbagi pada anak-anak Bali yang kurang beruntung itu.

Mengutip pula kata-kata Putu yang adalah inisiator dari komunitas Anak Alam kira2 seperti ini:
“Yang menjadi masalah bukan kebodohan itu tetapi mereka yang membiarkan kebodohan itu tetap ada”
Semangat terus berbagi kebaikan kawan!

Comments

Popular posts from this blog

Jangan Pernah Berhenti Belajar

(Tulisan ini untuk diikutsertakan dalam seleksi www.beasiswadataprint.com dengan tema "Sikap untuk Meningkatkan SDM Indoneisa agar sejajar dengan negara maju" ) Mencetak generasi cerdas! Satu yang menurut saya membedakan masyarakat Indonesia dengan masyarakat negara maju adalah pola pikir tentang belajar dan haus akan pengetahuan.   Dukungan pemerintah terhadap pendidikan atau insentif pendidikan tentu sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan Bangsa ini.  Kesempatan belajar di negara maju membuat anak-anak mengecap pendidikan yang layak sehingga dapat belajar dengan fokus tanpa memikirkan biaya pendidikan yang ditanggung. Namun tulisan ini bukan untuk (sekedar) mengkritik pemerintah namun untuk menitikberatkan perbedaan yang ada. Masalah insentif pendidikan ini lalu merambah ke tenaga pendidik dan minat belajar anak. Jika insentif yang diberikan pemerintah sangat tidak memadai, maka sekolah yang terfasilitasi dan pendidik yang kompeten pun sulit dijump

Headline Kompasiana.com

tampilan headline kompasiana dari facebook Subuh hari ini seperti biasa belum tidur, dan akhirnya memilih untuk menulis. Aku memilih untuk menulis apa yang sedang kupikirkan saja. Kebetulan aku memang sedang kesal karena surfing internet malam ini kurang begitu lancar karena beberapa kendala. Jadilah aku menulisnya dengan judul "kekesalan saat menjelajah internet" Entah kenapa tadi malam itu niat banget untuk menulis di kompasiana. Hitung-hitung juga karna udah lama bikin akunnya tapi belum pernah nge post sesuatu. Pas siang buka internet lagi, what a surprise nya itu ternyata tulisanku  masuk headline kompasiana.com dan udah dibaca sebanyak 842 kali dengan 13 komentar dan 4 bintang (sekitar pukul 14.30), Diluar share di twitter dan facebook. Puji Tuhan banget, senangnya itu bikin senyum-senyum sendiri. Ga nyangka aja langsung segitunya, padahal tulisan di blogspot ini aja dibaca belum nyampe sebanyak itu dalam hitungan waktu sesingkat itu pula hehe.